Kisah 2 Saudara


            Disuatu masa terdapat suatu kerajaan yang sangatlah indah, rakyat hidup damai sentosa, rajanya baik dan adil, perekonomian dan ilmu pengetahuannya sangat maju.
            Raja di kerajaan tersebut memiliki 2 orang Pangeran, Pangeran pertama memiliki akhlak yang bagus, wajah yang tampan, kecerdasan yang tinggi serta memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan cepat dan juga lebih cinta damai daripada berperang. Sedangkan Pangerannya yang kedua memiliki hal yang sama kecuali akhlaknya, akhlak Pangerannya yang kedua sangat buruk sehingga ia sering terlibat perkelahian dengan teman di sekolahnya, selain itu Pangeran keduanya itu juga sangat licik seperti belut.

            Sejak umur 5 tahun sang raja telah menitahkan kepada kedua Pangerannya untuk menuntut ilmu agama di salah satu sekolah agama ternama di kerajaan tersebut. Ketika umur 11 tahun, raja menitahkan mereka untuk belajar ilmu politik, ilmu ketatanegaraan, ilmu diplomasi, ilmu ekonomi serta adat istiadat kerajaan kepada para mentri di istana.
            Ketika mereka berumur 17 tahun, raja mulai menitahkan untuk menjadi pemimpin di 2 daerah. Daerah pertama sangat subur penduduknya hidup dalam kemakmuran dan diberikan kepada Pangeran pertamanya. Sedangkan untuk daerah kedua merupakan daerah yang tandus penduduk hidup dalam kesengsaraan dan daerah inilah yang diberikan kepada Pangeran keduanya.
            “Ayah mengapa aku mendapatkan daerah yang tandus dan mengapa kakak mendapatkan daerah yang subur?” tanya Pangeran kedua. “Ini tidak adil bagiku.”imbuhnya
            “Ayah sudah mengamati kalian sejak kalian masih muda, jadi ayah tahu kemampuan kalian dan inilah yang akan menjadi ujian kalian untuk mendapatkan gelar ‘Pangeran Mahkota’. ” jawab baginda raja.
            “Ayahanda tidak apalah jikalau adik ingin bertukar denganku, sungguh aku tidak keberatan untuk melakukannya”. Pangeran pertama mengutarakan tawarannya kepada baginda raja.
            “Apakah kau setuju nak? ”tanya baginda kepada Pangeran keduanya.
            “Tentu ayah ” jawabnya.
            “Baiklah jika itu yang telah kalian sepakati”
            “Sekarang pergilah, majukan peradaban di daerah-daerah tersebut dan jangan kembali sebelum aku memerintahkan untuk kembali.” Titah sang raja kepada kedua Pangerannya.
            “Baik baginda.” Jawab kedua Pangeran raja.
            Maka pergilah kedua Pangeran raja tersebut ke daerah yang telah disepakati. Pangeran pertama menuju daerah yang tandus dan di iringi dengan pengawal pribadinya serta para pelayan yang membawa barang bawaan yang telah disiapkan sebelumnya, begitu juga dengan Pangeran kedua ia menuju kedaerah yang subur dan di iringi oleh para pengawal dan pelayan pribadinya namu tidak membawa barang apapun karena menganggap bahwa daerah yang di tuju sudah memiliki apapun yang ia butuhkan.
            Ketika sampai di tujuan, kedua pangeran disambut dengan meriah karena penduduk setempat beranggapan orang yang dikirim oleh baginda raja dapat memakmurkan daerah mereka. Hidangan yang disajikan berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Daerah yang diserahkan kepada pangeran pertama menghidangkan nasi tumpeng putih dengan lauk seadanya, sedangkan di daerah yang diserahkan kepada pangeran kedua menghidangkan nasi tumpeng kuning lengkap dengan segala lauk pauk dan minuman yang beraneka ragamnya.
            Selepas menyantap hidangan yang diberikan penduduk setempat, hal yang pertama kali dilakukan tiap pangeran berbeda. Pangeran pertama memulainya dengan mendengarkan keluh kesah warga sekitar, menanyakan kebutuhan mereka serta bertanya masalah utama yang tengah dihadapi oleh penduduk sekitar. Beda halnya dengan pangeran kedua, ia hanya bermain-main dengan penduduk sekitar, minum-minuman keras, serta bermalas malasan.
            Waktu terus berlalu sejak baginda raja menitahkan kedua anaknya mengurus daerah yang telah ia tunjuk. Sudah 15 tahun berlalu, daerah yang dipimpin oleh pangeran pertama sudah sangat maju, perekonomiannya sangat pesat, pertanian menghasilkan hasil bumi yang berkualitas baik dan dalam jumlah yang besar hal ini bisa terjadi karena kerja keras pangeran dan para penduduk. Sedangkan daerah yang dipimpin oleh pangeran kedua semakin suram, air tidak ada, makanan tidak ada, perekonomian menjadi hancur diakibatkan karena pangerannya terlalu sibuk dengan urusannya sendiri sehingga ia lupa untuk melaksanakan titah dasi ayahandanya.
            Suatu hari datanglah segerombolan kesatria dari istana meminta para pangeran untuk kembali untuk memertanggung jawabkan apa yang telah mereka lakukan. Ketika sampai di istana mereka disambut dengan pawai yang meriah, pesta ada dimana-mana, hal ini menimbulkan hasrat berpesta bagi pangeran kedua. Sedangkan, pangeran pertama lebih memilih berbaur dengan para pemuka agama dan membahas keluh kesah warga di sekitar istana.
Tanpa mereka ketahui ternyata baginda raja juga hadir pada saat itu namun tiada seorangpun yang tahu jika ia adalah orang nomor satu dikerajaan. Ia melihat, mengamati, serta mendengarkan apa saja yang diucapkan oleh anak-anaknya dengan seksama.
Setelah pesta berakhir kedua pangeran segera menghadap kepada baginda raja.
“Ampun ayahanda saya ingin melaporkan apa saja yang telah saya lakukan ketika saya memimpin daerah yang ayahanda tentukan. ” ujar pangeran pertama.
“Silahkan anakku. ” sambut sang raja.
“saya telah memperbaiki seluruh mekanisme kehidupan penduduk sekitar, saya juga membuat beberapa resapan air dan membuat beberapa sumur untuk memenuhi kebutuhan air mereka, saya juga mengajarkan sistem irigasi kepada mereka sehingga hasil panen meningkat, tidak hanya itu saja ayahanda, saya juga mendirikan sekolah untuk mengajari anak-anak mereka agar tidak mudah dibohongi oleh orang lain. ” ujar pangeran kedua.
“Bagus. ” sambut baginda.
“Lalu apa saja yang telah kau perbuat wahai putra keduaku? ”tanya baginda kepada pangeran kedua.
“Ayah, aku beserta pasukanku telah menghadapi berbagai serangan bandit yang akan menjarah harta milik penduduk, aku juga memerintahkan prajuritu untuk menjaga setiap perkebunan, persawahan, serta gudang harta milik penduduk. ” ujar pangeran kedua.
“Baiklah kalau begitu, aku terima laporan kalian dan saatnya untuk mengumumkan Putra Mahkota bagi negri ini. ” ujar sang raja.
“Bangkitlah wahai putra pertamaku, pelindung orang lemah, pemakmur daerah tertinggal, Putra Mahkota negri ini.”
“Hidup Putra Mahkota !! ” seru baginda raja.
“Hidup Putra Mahkota!!...Hidup Putra Mahkota!!...Hidup Putra Mahkota!! ” seisi ruangan menyambut seruan dari pemimpin mereka.
“Ayah mengapa kakak yang mendapatkan gelar itu bukannya aku, padahal pekerjaanku jauh lebih berat daripada kakak, siang malam aku menjaga daerah itu, memburu para bandit, serta melindungi gudang harta mereka apakah itu belum cukup bagimu ?!?! ” berontak pangeran kedua.
“Anakku kau telah berbohong kepada ayahmu, kau tidak melaksanakan apa yang telah kau katakan, kau hanya bersenang senang saja disana dan tidak mementingkan rakyat sama sakali. ” bantah baginda raja.
“Apa bukti yang kau punya sehingga kau menuduhku seperti itu ayah?  ” bantah pangeran kedua.
Kemudian sang raja memanggil 4 orang yang sejak tadi disembunyikan dibalik tirai. Mereka adalah penduduk desa dari kedua daerah.
“Apakah yang dikatakan oleh anakku itu benar wahai rakyatku? ” tanya raja kepada 2 orang dari daerah yang dipimpin oleh pangeran kedua.
“Ampun baginda raja, pangeran kedua sangatlah tamak, suka berhura-hura, tidak mau bekerja keras. ” kata salah satu penduduk
“Lalu bagaimana keadaan di daerah pimpinan pangeran pertama? ”tanya sang raja.
“Ampun baginda, pangeran pertama telah melaksanakan apa yang telah pangeran katakan. ” kata penduduk wilayah pangeran pertama.
“Lihatlah anakku, ini adalah kesaksian dari rakyat yang telah kau pimpin, mereka menderita ditanganmu wahai anakmu!” bentak sang raja.
“Dan karena kau telah berani membangkang dan telah berani membentakku maka aku akan menghukummu. Pengawal masukkan dia kedalam penjara karena kesalahan yang telah ia perbuat. ” titah sang raja.
“Baiklah baginda raja. ” ujar para pengawal.

Setelah kejadian itu kerajaan kembali dalam keadaan damai, rakyat hidup makmur aman sentosa, daerah yang dahulunya suram telah berangsur-angsur membaik keadaannya. Hal ini berkat raja yang adil dan Putra Mahkota yang cinta kepada rakyatnya.
Share on Google Plus

About Rizal

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar